Thursday 30 May 2019

Pornografi

Cooper (1998) menyatakan tiga faktor primer yaitu aksesibiltas, afordibilitas, dan anonimitas (Triple A). Akses membuat satu juta site dewasa selalu terbuka. Afordibilitas yaitu kompetisi dalam web untuk selalu memberi harga murah untuk seks bebas. Anonimitas adalah mendapat komunikasi tanpa memberi risiko nama mereka.
Menurut Young (1998) hal yang menyebabkan kecanduan yaitu
1. Mereka secara rutin mengecek chat dengan cybersex atau pornografi
2. Mereka merasa bekerja saat mengecek pornografi.
3. Menggunakan nama lain atau tanpa nama.
4. Mereka merencanakan gratifikasi atas tindakan mereka dalam kebangkitan porno.
5. Mereka pindah dari cybersex ke seks di dunia asli.
 6. Mereka menyembunyikan dari pasangan asli.
7. Mereka malu melakukan pornografi.
8. Mereka masturbasi saat melihat porno.
9. Menggunakan pornografi sebagai gratifikasi pertama.
Hasrat seksual dari pornografi hanya akan membuat seksual menjadi disfungsi (Southern, 2008).
Anak-anak umur 10 tahun karena eksperimen pertama, subjek melihat 12 display dan menggantinya, dan dopamin di otak akan selalu muncul hingga stimulus habis.
Perilaku ini juga mengakibatkan voyeurisme, kesendirian, shock. Berbeda dengan seks yang memiliki feromon dan sentuhan sehingga porno tidaklah sehat.
Riset 2009 semua laki-laki pada universitas melihat porno sehingga tidak ada grup kontrol.
Dr. Jordan berkata bahwa internet adalah tempat cepatnya datang stimulus untuk pornografi, dan model-model porno adalah tempat seksual secara fisik, dan para pecandu porno sangat visual sehingga sangat mudah kecanduan namun tidak baik secara etik. Kita perlu menghargai diri sendiri dan orang lain untuk mengurangi kecanduan. Yang paling sering terjadi pada kecanduan adalah sifat merendahkan atau penolakan atas norma sosial.

Cybersex pada wanita yaitu merasa marah dan dipermalukan (Bridges, Bergner, Hensson-McInnis, 2003)

No comments:

Post a Comment